Pages

Wednesday, August 14, 2019

Banyak Sentimen Negatif, IHSG Bisa Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini dihantui oleh sentimen negatif yang datang dari global dan ancaman resesi Amerika Serikat (AS). Ini membuat pasar saham domestik agak sulit menguat.

Valbury Sekuritas Indonesia menyebut anjloknya saham AS pada Rabu mengakumulasi sentimen negatif bagi pasar, dan dapat menjadi penyebab terkoreksinya IHSG pada hari ini.

Data-data ekonomi yang suram ini diperparah dengan yield obligasi pemerintah AS yang mengalami inversi, yaitu yield jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Kali ini yang mengalami inversi adalah tenor 2 dan 10 tahun.


Pada pukul 04:12 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun ada di 1,973%. Sementara yang 10 tahun adalah 1,5826%. Ini adalah inversi pertama untuk dua tenor tersebut sejak Juni 2007, beberapa bulan sebelum meletusnya krisis keuangan global.

Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.

"Semuanya negatif, tidak ada yang positif hari ini. Kita sudah melalui musim laporan keuangan (earnings season) sehingga pasar lebih digerakkan oleh berita-berita yang beredar," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, seperti dikutip dari Reuters. 

Dari dalam negeri pelaku pasar akan fokus pada neraca perdagangan Indonesia bulan Juli 2019. Diperkirakan neraca perdagangan Juli difisit sebesar US$ 420 juta dibandingkan realisasi Juni yang mencatatkan surplus sebesar USD196 juta.


Defisit neraca perdagang diperkirakan dapat menciptakan defisit transaksi perdagangan barang dan jasa Indonesia yang melebar. Sebelumnya posisi current account deficit (CAD) pada kuaratl II sebesar US$ 8,4 miliar atau tembus 3% dari PDB, artinya ruang defisit melebar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dengan nilai US$ 7 miliar atau 2,6% dari PDB.

Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan, sentimen negtaif dari China yang baru saja merilis data ekonomi dengan hasil yang jauh dari harapan. China mencatat pertumbuhan Industrial Production terlemah sejak 2002 yang diakibatkan oleh perlambatan siklus ekonomi dan ketegangan perdagangan antara Amerika dan China yang menambah tekanan terhadap perekonomian China.

Para pelaku pasar dan investor mengharapkan adanya stimulus untuk membantu menstabilkan perekonomian China, karena tentu implikasinya akan mengenai Indonesia juga.


Sejauh ini para pembuat kebijakan di China baru melakukan kombinasi pemotongan pajak untuk mendorong pengeluaran, dan menargetkan insentif moneter dari Bank untuk diberikan kepada pelaku bisnis. Namun itu belum cukup untuk menahan perlambatan.

Tak hanya sentimen tersebut, indeks akan tertekan dan berpotensi melemah karena munculnya kekhawatiran akan resesi di Amerika menjadi alasan indeks global melemah hari ini. IHSG akan diperdagangkan di kisaran support 6.225 poin dan resisten di 6.295 poin. (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KAFxQU
via IFTTT

No comments:

Post a Comment