Pages

Tuesday, August 13, 2019

Industri Batam Sedang Loyo, Gelombang PHK Jadi Ancaman

Jakarta, CNBC Indonesia - Di atas kertas kinerja industri di Batam Kepulauan Riau sedang tidak baik-baik saja. Tren pertumbuhan industri manufaktur di jantung penggerak ekonomi Kepulauan Riau ini sedang loyo dalam beberapa tahun terakhir.

Batam yang menyumbang sekitar 36% PDB Kepulauan Riau kembali didera kabar yang tak sedap. Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Said Iqbal, ada dua pabrik di Batam yang akan tutup dalam waktu dekat. Rencana penutupan pabrik ini berdampak pada sektor tenaga kerja.

Apa yang terjadi di Batam, menurutnya adalah kondisi industri manufaktur yang jalan di tempat. Investasi baru yang masuk tidak cukup banyak menyerap tenaga kerja yang terkena PHK, sedangkan industri yang ada melakukan pengurangan produksi.


Pengurangan produksi, kata Iqbal, terjadi akibat pertumbuhan ekonomi yang belum baik dan beberapa regulasi kepabeanan dan pajak yang dianggap menjadi rintangan para pengusaha di Batam. Said Iqbal pernah mengatakan potensi PHK di sektor elektronik di Batam mendera sekitar 2.000 tenaga kerja.

"Di Batam, mayoritas perusahaan elektronik dan turunannya. Otomotif di Batam, sedikit sekali. Sebelumnya satu tahun lalu, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bintan, ada industri tekstil tutup. Tapi di Bintan juga yang bertambah, industri pariwisata. Tapi Batam stuck," kata Iqbal kepada CNBC Indonesia.

Menurut Iqbal, meski pemerintah saat ini tengah berfokus pada pengembangan Industri 4.0, sektor manufaktur yang pertumbuhannya melambat juga perlu diperhatikan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, pertumbuhan industri manufaktur di Batam memang cenderung turun. Pada 2013, pertumbuhan industri di Batam masih 7,07% tetapi pada 2017 melorot menjadi tinggal 1,76%.

Industri pengolahan berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam, dengan sumbangsih sekitar 55%. Tidak heran ketika industri manufaktur melambat, pertumbuhan ekonomi Batam ikut terhambat.

"Kita ingin usulkan ke Pak Jokowi, selain mempersiapkan industri 4.0, digitalisasi, atau robotik, seharusnya sektor manufaktur diperhatikan karena masih ada celah untuk menarik investor membangun pabrik di Indonesia," ucapnya.
Kinerja ekspor Batam juga kena dampaknya dari ekses industri manufaktur dalam tren melambat. Pada 2014, nilai ekspor Batam tercatat US$ 11,3 miliar dan pada 2017 susut menjadi US$ 8,71 miliar.

Ihwal apa yang terjadi di Batam terkini, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar yang juga Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia tak banyak bicara. Namun, Sanny bilang sebagian masalah ada pada pemerintah daerah. Sebelumnya jabatan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam dirangkap oleh Wali Kota untuk menghindari kemunculan 'matahari kembar'.

"Belum ada yang khusus tentang progress kawasan industri di Batam Ini memang ada yang harus di-clear-kan. Ditunggu dululah, masih terkait dengan pemerintahan di sana," kata Sanny kepada CNBC Indonesia. (hoi/hoi)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OVPk8l
via IFTTT

No comments:

Post a Comment