Pages

Monday, August 12, 2019

Reli 4 Hari Beruntun, Yen Mau Menguat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang melanjutkan kejayaan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (12/9/19) kemarin, dan mencatat penguatan empat hari beruntun. Status yen sebagai aset aman atau safe haven membuat daya tariknya meningkat di saat pelaku pasar semakin cemas akan kondisi ekonomi global.

Penguatan beruntun yen apalagi melihat posisinya saat ini di level terkuat sejak Maret 2018 memicu aksi ambil untung (profit taking) pagi ini yang membuat yen melemah. Pada pukul 8:52 WIB, yen diperdagangkan di level 105,38 atau melemah 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

"Indikator risiko dan pasar global menjadi lebih goyah dan pergerakan yen menggambarkan kecemasan tersebut. Aset-aset safe haven seperti yen dan franc Swiss akan terus diuntungkan dari kondisi tersebut" kata Esther Reichelt, ahli strategi mata uang dari Commerzbank sebagaimana dilansir CNBC International.


Perang dagang AS-China yang kembali tereskalasi dibumbui dengan potensi perang mata uang dikhawatirkan akan menyeret pertumbuhan ekonomi melambat lebih dalam.

Bank Goldman Sachs bahkan sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal IV-2019.

Goldman Sachs mengatakan bahwa perang dagang AS-China telah meningkatkan kekhawatiran mengenai resesi. Goldman tidak lagi mengharapkan kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu terjadi sebelum pemilihan presiden AS tahun 2020 nanti.

Lembaga keuangan asal AS itu juga memperingatkan bahwa gangguan dalam rantai pasokan dapat menyebabkan perusahaan AS mengurangi aktivitas domestik mereka. Selain itu, kebijakan yang tidak jelas seperti itu juga dapat membuat perusahaan- perusahaan menurunkan belanja modal mereka.
Goldman memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,8% dari sebelumnya 2%.

Currency war menjadi ketakutan baru pelaku pasar, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) terus mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Langkah dari PBoC tersebut dikhawatirkan akan membuat AS ikut melemahkan nilai tukar dolar, dan perang mata uang akan segera dimulai.

"Penguatan yen yang sedang berlangsung saat ini merupakan sinyal lain dari pergeseran sentimen terhadap dolar AS yang akan segera melemah, terutama jika kekhawatiran 'intervensi' (dari AS) menjadi menjadi semakin nyata" kata John Marley, konsultan forex di SmartCurrenyBusiness.

PBoC akan terus menjadi headline di pekan ini, apalagi hari ini kembali melemahkan kurs yuan. PBoC menetapkan nilai tengah yuan di level 7,0362/US$ lebih lemah dari kemarin 7,0136/US$. Hal ini tentunya membuat pelaku pasar semakin cemas akan terjadinya currency war, dan yen berpeluang menguat kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA  (pap/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MeqVss
via IFTTT

No comments:

Post a Comment