Derasnya impor China akibat ASEAN-China Free Trade (ACFTA) menjadi penyebab. Hal ini diungkapkan Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), Rudiyono dalam wawancara dengan program Profit, CNBC Indonesia, Jumat (27/9/2019).
"Memang Taiwan ada juga di sini, tapi porsinya tidak signifikan, 90% lebih [impor] berasal dari China. Kita terkena dampak oleh produk China disebabkan banyak hal, yang kami rasakan karena ACFTA, ini membuat kami terpukul," katanya.
Ia sepakat bahwa perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN-China tersebut memang harus dijalankan. Namun demikian, ia mengharap ada kebijakan agar pelaku usaha sepeda nasional tidak menjadi korban akibat impor tersebut.
"Sekarang industri bea masuk unit jadi dan komponen kan sama. Ini konyol, jadi kita tidak dapat insentif, untuk melakukan kegiatan nilai tambah. Hampir di atas 90% sumber unit lengkap atau bahan baku berasal dari China," ucapnya.
Dalam kondisi tersebut, pedagang akan lebih banyak memilih impor tersebut ketimbang memanfaatkan industri dalam negeri.
"Kita kan sudah investasi besar, pedagang pasti daripada memikirkan industri, investasi besar, mending dagang, bea masuk sama," tambahnya.
Ketika ditanya soal besaran bea masuk, dia mengatakan belum ideal. "Bukan kecilnya, tetapi idealnya harga BM komponen lebih redah dari barang jadinya. Ini supaya bisa masuk ke pasar, kita membuat impor lebih menguntungkan. Minimal harusnya sama. Kita membuat dengan bahan baku dari luar, menjadi produk jadi, minimal sama supaya kompetitif."
Merk sepeda buatan Indonesia antara lain Polygon dan Wim Cycle. Sebelumnya Polygon yang dimiliki PT Insera Sena sempat berpikir untuk mengakusisi Wim Cycle pada Juni lalu.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mLPbHl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment