Namun, diantara negara-negara yang banyak dilanda isu perlambatan ekonomi berturut-turut dalam dua periode dalam satu tahun ini, kebanyakan pengamat percaya bahwa resesi akan melanda benua Eropa terlebih dahulu.
Hal ini setidaknya diutarakan Mario Draghi, pemimpin Bank Sentral Eropa (ECB) yang sebentar lagi akan meninggalkan lembaga moneter itu 1 November nanti. Bahkan, dalam pernyataannya ia menyebut zona Eropa menghadapi "kemelorotan ekonomi" bahkan jauh yang sebelumnya diperkirakan.
Draghi mengungkapkan ini setelah melihat data termasuk pelemahan manufaktur di Jerman. Perlu diketahui, Jerman adalah ekonomi terbesar di Eropa yang menyumbang 17,8% PDB benua itu.
Purchasing managers index (PMI) untuk Eropa jeblok ke 50,4 di September, di bawah perkiraan awal dan PMI September 51,9 di Agustus. Angka 50 menjadi ambang batas PMI, di mana di atas 50 menunjukkan ekspansi atau peningkatan aktivitas sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
Namun khusus untuk Jerman, PMI manufaktur turun di September menjadi 41,2 dari bulan lalu 43,5. Ini angka terburuk sejak pertengahan tahun 2009 seiring dengan melemahnya industri pembuatan mobil.
Perang dagang antara AS dan China menjadi penyebab PMI Jerman terpuruk. Perang dagang dua negara penggerak ekonomi dunia itu menyebabkan ketidakpastian global.
Geopolitik yang tidak stabil, seperti isu tidak jelasnya perjanjian perdagangan mendekati keluarnya Inggris dari Eropa (Brexit), Oktober nanti, juga menjadi penyebab. Ini telah menghentikan bank mencapai target inflasi meskipun fakta pengangguran di wilayah tersebut jatuh ke level terendah selama satu dekade.
Brexit pasalnya membuat Inggris kehilangan hak atas istimewa perdagangan dengan negara Eropa. Inggris harus mengikuti aturan WTO dalam perdagangan.
Karenanya kesepakatan baru harus dibuat. Mengingat 10 besar ekspor negara itu, selain AS dan China, didominasi negara-negara Eropa.
Namun sayangnya, kecenderungan saat ini adalah Inggris akan keluar Inggris tanpa kesepakatan (no deal Brexit). Ekonom memprediksi Inggris bisa resesi karena tersendatnya rantai ekonomi.
"Keseimbangan risiko terhadap prospek pertumbuhan tetap miring ke bawah," ujar Draghi di depan parlemen Eropa sebagaimana ditulis The Financial Times.
Hal ini juga diamini banyak pengamat. Menurut ekonom Commerzbak Jerman Ralp Solveen apa yang diungkapkan Draghi mengkonfirmasi resesi.
"Tokoh ini mengkonfirmasi satu kasus penting: bahwa tidak akan ada lagi kemajuan untuk ekonomi kita tahun ini. Di sisi lain, risiko dari resesi meningkat," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan pemimpin Bank Belanda ING Hans Wijers. "Kami sudah dekat, dekat dengan resesi," kata Wijers sebagaimana dikutip dari CNBC International.
(sef/sef)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mJgYYW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment