Bila dilihat data yang dirilis Kemenperin, sejak 2014 ekspor produk furnitur Indonesia dalam tren menurun, pada tahun itu ekspor hanya US$ 1,767 miliar, pada 2015 turun jadi US$ 1,713 miliar, lalu pada 2016 hanya US$1,617 miliar. Indonesia menargetkan bisa menyentuh ekspor mencapai US$ 5 miliar tapi belum sempat tercapai.
Sedangkan Vietnam bila merujuk pada data Statista, ekspor furniturnya terus dalam tren merangsek naik, pada 2014 tercatat US$ 6,5 miliar, lalu 2015 jadi US$ 7 miliar, dan 2020 diproyeksikan menjadi US$ 10 miliar.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengungkapkan, HIMKI merupakan "hasil peleburan AMKRI dan Asmindo, atas kehendak Pak Jokowi, disatukan".
Presiden Jokowi memang menaruh perhatian pada sektor furnitur. Jokowi yang berlatar belakang sebagai pengusaha mebel, memang tak berdiam diri agar furnitur Indonesi bisa bicara lebih jauh di pasar global.
Soenoto mengaku pernah dipanggil ke Istana, dan menyampaikan persoalan-persoalan industri furnitur, termasuk ekspor produk furnitur Indonesia yang kalah dengan Vietnam. Hal ini sudah disampaikan HIMKI langsung kepada kepada Jokowi.
"Kami sudah sampaikan waktu ratas di Istana minggu lalu. ekspor kita furnitur US$ 2,5 miliar (per tahun), tapi yang disayangkan Vietnam ekspor US$ 9 miliar," kata Soenoto kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/9)
Langkah meningkatkan ekspor furnitur sangat penting di tengah masalah klasik defisit neraca perdagangan yang membelit Indonesia. Apalagi pangsa pasar furnitur Indonesia masih minim. Caranya dengan mengundang investor masuk termasuk dari China dan memperbaiki regulasi. Saat ini yang sedang diusahakan oleh pemerintah.
"Pertumbuhan setiap tahun diperkirakan 5-8 persen. Punya target (ekspor) US$ 5 miliar per tahun. Vietnam saja sudah 9 koma sekian," katanya.
Sementara itu, Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Rudy T Luwia mengatakan penguasaan pangsa pasar ekspor produk furnitur Indonesia sangat jauh tertinggal dari Vietnam yang sudah makin membesar. Sedangkan Indonesia cenderung stagnan.
"Mengenai market secara global market dunia sedang turun, karena perekonomian dunia market share ekspor furnitur Indonesia di bawah 1% kecil sekali terhadap global, Vietnam sudah mencapai 4-5%," kata Rudy.
Rudy mengaku ekspor furnitur Indonesia mengalami perlambatan di tengah perang dagang. Seharusnya saat ada perang dagang, Indonesia bisa mengambil peluang karena bisa ada potensi limpahan permintaan dari kedua negara antara AS dan China, tapi yang terjadi lagi-lagi sebaliknya, pembeli malah lari ke Vietnam.
"Buyer mencari alternatif salah satunya ke Vietnam, karena mereka lebih siap, ini kan dadakan perang dagang. Kesiapan industri kita kurang siap mengantisipasi gelombang order besar-besaran yang datang, ini karena umumnya kita punya pabrik UKM," katanya. (hoi/hoi)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ndXUSm
via IFTTT
No comments:
Post a Comment