Pages

Monday, September 23, 2019

TBIG RIlis Obligasi, Inalum Bakal Serap Divestasi Vale?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Senin kemarin (23/9/2019) dengan apresiasi sebesar 0,14% ke level 6.240,14, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya bisa bertahan sebentar di zona hijau.

Hingga sore hari, IHSG menghabiskan mayoritas waktunya di zona merah. Per akhir sesi dua kemarin, IHSG melemah 0,41% ke level 6.206,2.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai melemah 0,98%, indeks Hang Seng turun 0,81%, dan indeks Straits Times jatuh 0,41%.

Terdapat sejumlah aksi yang dilakukan emiten pada perdagangan kemarin yang layak disimak sebelum pembukaan perdagangan pagi ini, Selasa (24/9/2019).

1. TBIG Keluarkan Surat Utang Rp 9,1 T, tapi di Singapura
Emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG) berencana menerbitkan surat utang global atau notes dalam dolar senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,1 triliun dengan acuan kurs Rp 14.141/US$. Menurut rencana, dana hasil penerbitan obligasi akan dipakai untuk melunasi utang jatuh tempo dan ekspansi usaha.

Dalam prospektus yang dipublikasi di media massa, Senin (23/9/2019), Tower Bersama akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rabu, 30 September 2019 mendatang dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) mengenai rencana transaksi tersebut.

2. Mandiri Genjot KPR untuk Rumah Murah, Bunganya?
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) bekerja sama dengan Perum Perumnas untuk memberikan pembiayaan perumahan kelas menengah dengan plafon pembiayaan senilai Rp 900 miliar.

Ini merupakan pertama kali bank ini masuk ke segmen pembiayaan untuk rumah terjangkau, setelah selama ini berkutat di pembiayaan rumah kelas atas.


3. Disebut-sebut Mau Melantai di Bursa, Ini Penjelasan Bukalapak
Regulasi pasar modal yang kurang memadai untuk mendukung perusahaan startup, khususnya e-commerce, menjadi salah satu perusahaan startup tersebut enggan melantai di bursa. Salah satu startup Indonesia yang sudah berstatus Unicorn, Bukalapak, mengutarakan hal tersebut.

Muhammad Fajrin Rasyid Co-Founder and President Bukalapak mengatakan bahwa Bukalapak masih melakukan kajian untuk melantai di bursa saham. Bukalapak memang punya rencana untuk go public, kata Fajrin, tapi sudah dipikirkan tidak dalam waktu dekat.


4. Laba Intiland Amblas 93%, Sahamnya Langsung Ambruk 4%
Laba bersih emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) yang amblas hingga 93% pada semester I-2019 membuat membuat investor asing keluar dari saham ini sehingga saham DILD langsung terperosok hingga 4,29% di level Rp 402/saham pada perdagangan jelang penutupan sesi II, Senin ini (23/9/2019).

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saat ditutup saham DILD yang minus 4,29% kemudian berkurang penurunannya menjadi 3,81% di level Rp 404/saham.


5. Gara-gara Kabut Asap, Produksi CPO Astra Agro Terancam Turun
Bencana kabut asap yang melanda sejumlah wilayah Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan, ternyata tak hanya berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, tapi juga mengganggu aktivitas operasional sejumlah perusahaan kelapa sawit yang bermukim di wilayah yang berdekatan dengan titik asap.

Satu di antaranya anak usaha bisnis sawit Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI). Manajemen AALI mengungkapkan kabut asap ini berdampak pada pekerja lapangan perusahaan.

Namun demikian perusahaan sudah mengantisipasi kondisi tersebut dengan melakukan pencegahan dan pemadaman api.

6. Melorot 13%, Saham Produsen Film Habibie Diwaspadai BEI
Saham emiten rumah produksi, PT MD Pictures Tbk (FILM), tiba-tiba melorot dalam hingga 13,46% pada perdagangan sesi II Senin kemarin (23/9/2019) setelah investor asing pun melego saham perusahaan. Saham FILM yang merupakan produsen film Habibie & Ainun ini langsung masuk pengawasan khusus Bursa Efek Indonesia.

Data perdagangan BEI pukul 15.18 WIB, saham FILM amblas 13,46% di level Rp 360/saham, dengan nilai transaksi Rp 3,48 miliar dan volume perdagangan 8,60 juta saham. Asing hari ini melepas saham FILM sebesar Rp 342 juta, dan 5 hari perdagangan terakhir asing keluar Rp 1,42 miliar.


7. BCA Alihkan Utang TAXI ke Luar Negeri, Ada Apa?
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalihkan fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan transportasi PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI). Sebab, bank ini telah mengalihkan haknya sebagai kreditor perusahaan taksi ini kepada perusahaan Singapura, MC International Venture Pte. Ltd.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan TAXI di Bursa Efek Indonesia (BEI), BCA telah mengalihkan haknya sebagai kreditor sejak 16 September 2019. Dengan demikian seluruh piutang BCA dari TAXI seluruhnya telah dialihkan ke perusahaan ini.


8. Baru IPO, Saham Emiten Besi Bekas Naik & Sentuh Batas Atas
Melantai perdana di Bursa Efek Indonesia, harga saham perusahaan pemasok besi bekas, PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) langsung autoreject setelah menguat 68,89% ke level Rp 228 per saham.

Senin pagi (23/9/2019), saham OPMS ditransaksikan sebanyak 20 kali dengan volume transaksi 22 ribu. Nilai kapitalisasi pasar OPMS saat ini mencapai Rp 228 miliar.

Optima Prima melepaskan 400 juta saham ke publik dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Besaran saham ini setara dengan 40% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.


10. Akankah Inalum Serap Divestasi Vale, Berapa Nilainya?
Induk usaha PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di Brasil akhirnya menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna membahas proses pelepasan atau divestasi 20% saham perusahaan yang sudah mendekati tenggat pada Oktober mendatang.

Namun usai pertemuan dengan Presiden Jokowi, manajemen Vale Indonesia belum bisa memberikan detail apakah 20% divestasi saham tersebut akan diserap oleh BUMN pertambangan yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum atau tidak, sebagaimana yang dilakukan Inalum saat divestasi PT Freeport Indonesia.

 

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2l0KOaF
via IFTTT

No comments:

Post a Comment