Pages

Wednesday, October 23, 2019

Jelang Pengumuman Bunga Acuan, Rupiah ke Bawah Rp 14.000/US$!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat 0,18% melawan dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar spot hari ini, Kamis (24/10/2019). Pada pukul 08:11 WIB, rupiah telah memperlebar penguatannya menjadi 0,29% ke level Rp 13.985/dolar AS.

Jika berhasil bertahan di zona apresiasi hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan resmi menguat selama enam hari beruntun.

Sejatinya, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga membukukan apresiasi melawan dolar AS. Namun, apresiasi rupiah yang mencapai 0,29% sukses menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Sentimen pada perdagangan hari ini memang mendukung bagi mata uang negara-negara Asia untuk menaklukkan dolar AS., seiring dengan komentar positif yang kembali ditebar oleh China terkait hubungan dengan AS di bidang perdagangan. 

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai perkembangan dalam negosiasi dagang kedua negara, seperti dilansir dari Reuters. Menurut Le, segala perbedaan yang ada antara AS dan China bisa diselesaikan selama keduanya menghormati satu sama lain.

"Selama kita saling menghormati satu sama lain dan bekerjasama dengan azaz keadilan, tidak ada perbedaan yang tak dapat diselesaikan antara China dan AS," kata Le.

"Yang China inginkan adalah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Kami tak ingin merenggut apapun dari pihak lain. Tidaklah ada ceritanya bahwa China ingin menggantikan ataupun mengancam pihak lain," katanya guna semakin mendinginkan suasana dengan AS.

Dirinya kemudian menjelaskan bahwa AS dan China telah mencapai banyak hal melalui kerjasama selama bertahun-tahun.

"Untuk apa kita melepaskan capaian-capaian dari kerjasama tersebut?"

Jika benar AS-China bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan, tentu ini akan menjadi kabar yang sangat positif bagi perekonomian kedua negara lantaran roda perekonomian akan bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.

Asal tahu saja, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci untuk membebaskan kedua negara dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Efek Kabinet Indonesia Maju Masih Terasa


(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2qFvQcs
via IFTTT

No comments:

Post a Comment