Pages

Wednesday, October 9, 2019

Utang Jerat Ekuador yang Kaya Minyak ke Lubang Krisis

Jakarta, CNBC Indonesia- Ekuador merupakan negara yang kaya minyak. Namun sayang, negara dengan 17 juta penduduk itu terlilit utang.

Alhasil pemerintah melakukan reformasi kebijakan, termasuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM). Ini memicu protes di seluruh negeri, bahkan terbesar dalam satu dekade terakhir.

Lalu, bagaimana krisis ini bisa terjadi di negara kaya itu? Berikut rangkumannya yang telah dihimpun CNBC Indonesia.


Ketidakstabilan Politik

Ekuador menjadi bagian Spanyol tahun 1822 dan menjadi republik independen di tahun 1830. Pada tahun 1972-1979 negara ini berada di bawah kekuasaan militer.

Memasuki tahun 1997 hingga 2005 ketidakstabilan politik terus terjadi di negara ini. Bahkan dalam periode itu, tiga presiden digulingkan melalui protes besar-besaran.

Di 2006, ekonom sayap kiri Rafael Correa menjadi pemimpin Ekuador. Ia memimpin dengan kontrol ekonomi negara yang kuat.

Karena stabilitas yang ia buat, Correa terpilih lagi di dua periode selanjutnya yakni 2009 dan 2013. Correa digantikan oleh wakilnya Lenin Moreno di 2017.

Namun sayangnya, di 2018, Moreno dan Correa pecah kongsi akibat referendum yang mendukung pemberlakuan batas jabatan presiden. Pembatasan ini membuat Correa tidak bisa lagi menjadi presiden.

Ia kemudian menjadi buronan dengan tuduhan penculikan. Sejak 2017, Correa mengasingkan diri di Belgia.


BERLANJUT KE HAL 2 >>> (sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2VrpSr1
via IFTTT

No comments:

Post a Comment