Pages

Friday, November 8, 2019

10 Perusahaan AS Timbun Kas Ribuan Triliun, Microsoft Nomor 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan-perusahaan berskala besar di Amerika Serikat (AS) ternyata gemar mengumpulkan kas perusahaan dalam beberapa waktu terakhir, membuat para investor di bursa Wall Street bertanya-tanya kenapa sederet perusahaan 'kakap' tersebut tidak membelanjakan uangnya.

Analis memandang sejumlah perusahaan ternama di AS itu mengumpulkan pundi-pundi dolar AS karena sebagai persiapan di tengah tren gelombang merger dan akuisisi (M&A).

Menurut perkiraan dari FactSet, Microsoft memiliki kas terbesar yang mencapai US$ 136,6 miliar atau Rp 1.912 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) pada kuartal terakhir.


Adapun Berkshire Hathaway, Alphabet dan Apple menempati posisi terbesar lainnya setelah Microsoft. Berkshire Hathaway milik investor pasar modal kenamaan dunia, Warren Buffett, memiliki cash sebesar US$ 128,2 miliar (Rp 1.795 triliun), Alphabet US$ 121,2 miliar (Rp 1.697 triliun), dan Apple US$ 100,6 miliar (Rp 1.408 triliun).

Berikutnya, Facebook, Amazon, Ford, Oracle, Cisco dan Bristol-Myers melengkapi daftar 10 besar perusahaan dengan nilai kas tertinggi, termasuk saldo kas perusahaan dan pos investasi jangka pendek, seperti pembelian obligasi.

Perusahaan-perusahaan tersebut dinilai dapat membelanjakan dana kas mereka lewat cara-cara tradisional, seperti investasi modal dan membiayai akuisisi. Selain itu bisa juga dengan mengembalikan uang kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham (buy back) dan pembayaran dividen (keuntungan dari laba bersih).

"Saya pikir [persiapan] akuisisi adalah sesuatu yang dipikirkan semua perusahaan, saat kita melanjutkan siklus ini [merger akuisisi] dan mereka mencari cara untuk menjaga pertumbuhan top-line [pendapatan] mereka semakin cepat," kata analis Nomura, Christopher Eberle, dilansir dari CNBC International, Sabtu (9/11/2019).


Lee Horowitz, analis dari Evercor, juga menilai perusahaan-perusahaan teknologi juga diketahui memiliki banyak kas guna menjaga "penurunan siklus" bisnis dan untuk mengambil keuntungan dengan pembelian aset di saat pasar saham dalam tren turun.

Namun, CNBC mencatat, bukan berarti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sama sekali tidak membelanjakan kasnya. Ford, Cisco, Bristol-Myers, Oracle, Microsoft dan Apple saat ini melakukan pembayaran dividen, dan 10 perusahaan lain selain Amazon telah melakukan buy back saham tahun ini.

Hanya saja, analis , yang mengacu data CNBC International, mengatakan pembayaran dividen saja tidak cukup.

Ambil contoh, Berkshire Hathaway, yang dikenal karena membeli banyak perusahaan. Berkshire belum melakukan akuisisi skala penuh apapun sejak 2015.

10 Perusahaan AS Ini Timbun Uang KasFoto: Warren Buffett pemilik perusahaan pembangkit listrik terbesar bernama Berkshire Hathaway (REUTERS/Rick Wilking)

Dalam laporan tahunan 2018, Warren Buffett sebagai pemilik Berkshire mengungkapkan masih rendahnya aksi korporasi akuisisi karena ada alasannya, kurang menarik.

"Dalam beberapa tahun terakhir, aliran yang masuk akal untuk kita ikuti sudah jelas: banyak saham telah menawarkan [harga] jauh lebih banyak untuk uang kita, dibandingkan yang akan kita dapatkan jika kita membeli [akuisisi] bisnis secara keseluruhan."

Warren Buffett mungkin tidak melihat akuisisi adalah pilihan terbaik saat ini, tetapi perusahaan lain melakukannya. Sebagai contoh, awal bulan ini Alphabet mengumumkan bahwa mereka mengakuisisi Fitbit sebesar US$ 2,1 miliar, atau sebesar US$ 7,35 per saham, untuk mendorong geliat bisnis pakaian.

Namun transaksi ini memang jadi sorotan penyelidikan antimonopoli di AS. "Transaksi yang ini adalah ujian utama bagi para penegak antimonopoli untuk menegakkan hukum, dan menghentikan konsentrasi kekuatan ekonomi [monopoli] yang anti persaingan. Itu perlu penyelidikan menyeluruh," kata politisi David Cicilline, dari Partai demokrat perwakilan Rhode Island yang merupakan salah satu pemimpin penyelidikan antitrust ke Google.

Mengingat lingkungan peraturan antimonopoli yang meningkat, Horowitz percaya bahwa aksi korporasi M&A akan berlanjut, tapi untuk skala yang lebih kecil. Kesepakatan M&A besar akan sulit didapat karena ada "terlalu banyak risiko utama", terutama berkaitan dengan aturan antimonopoli di AS.

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NQcqtg
via IFTTT

No comments:

Post a Comment