Pages

Monday, July 15, 2019

DIbuka Variatif, Wall Street Balik Arah ke Teritori Negatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street dibuka variatif pada Senin (15/7/2019) setelah beberapa bank Amerika Serikat (AS) diekspektasikan mengikuti Citigroup yang sukses mencetak kinerja keuangan kuartal II-2019 di atas ekspektasi. Hanya saja, bayang-bayang perlambatan ekonomi dunia masih membayangi.

Pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) dibuka memerah 0,03% (8,5 poin) ke level 27.323,55, indeks S&P 500 juga melemah 0,07% (2 poin) ke level 3.011,6, sementara indeks Nasdaq Composite menguat sangat tipis 0,01% (1,4 poin) ke level 8.245,82.

"Tren terus mengarah pada situasi sedikit atau nyaris nihil pelemahan dan kebanyakan faktor pemberat telah berakhir beberapa hari yang lalu sebelum naik kembali ke level tertinggi," ujar pengelola Newton Advisors Mark Newton, sebagaimana dikutip CNBC International

Namun 20 menit kemudian, ketiganya kompak memerah dengan koreksi masing-masing sebesar -0,03%, -0,04%, dan -0,1%. Pelaku pasar masih bimbang memutuskan berada pada horizon investasi optimistis ataukah pesimistis.

Mereka masih menjajaki apakah kondisi global bakal memburuk setelah rilis pertumbuhan ekonomi China kuartal II-2019 yang berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan terlemah dalam setidaknya 27 tahun.

Pelemahan ini terjadi setelah AS dalam setahun terakhir melancarkan serangan dagang terhadap China. Presiden AS Donald Trump segera mengomentari rilis data pertumbuhan ekonomi Negeri Panda ini dalam cuitannya di Tweeter, mengklaim bahwa perlambatan ekonomi menjadi alasan "mengapa China ingin melangsungkan perundingan".

Di lain pihak, sebagian pelaku pasar masih menyimpan optimisme bahwa perekonomian China masih kuat masih terjaga setelah rilis data industri China Juni 2019 yang tumbuh 6,3%, mengalahkan konsensus Trading Economics (5,2%). Penjualan barang ritel di China (per Juni) juga diumumkan melejit 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%. 

Oleh karena itu, pelaku pasar hari ini bakal mencermati ketat perkembangan terbaru perang dagang, setelah Reuters pada Minggu melaporkan bahwa AS berpeluang mengizinkan kembali perusahaan asal Negeri Adidaya tersebut memasok kembali produknya ke Huawei dalam 2 pekan ke depan.

Di sisi lain, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Huawei sedang menyiapkan program pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di AS karena perusahaan itu tak bisa beroperasi normal akibat di-blacklist oleh pemerintah AS.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JN0FBV
via IFTTT

No comments:

Post a Comment