Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings memangkas peringkat kredit Arab Saudi karena potensi risiko geopolitik dan kekhawatiran atas keamanan infrastruktur yang menopang ekonominya.
Fitch telah menurunkan peringkat default jangka panjang kredit mata uang asing kerajaan Arab Saudi dari A+ ke A.
"Penurunan peringkat mencerminkan meningkatnya ketegangan geopolitik dan militer di kawasan Teluk, penilaian revisi Fitch tentang kerentanan infrastruktur ekonomi Arab Saudi dan terus memburuknya neraca fiskal dan eksternal Arab Saudi," kata Fitch dalam rilisnya, seperti dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (1/10/2019).
Penurunan peringkat itu terjadi sekitar 2 pekan setelah jantung infrastruktur minyak kerajaan yakni fasilitas milik Saudi Aramco, diserang pesawat tak berawak atau drone.
Pemerintah Arab Saudi di Riyadh dengan cepat merespons langkah agensi rating global tersebut. "Kementerian Keuangan kecewa karena Fitch mengambil keputusan cepat untuk menurunkan peringkat Kerajaan," tulis pernyataan Kementerian Keuangan Arab Saudi dalam beberapa jam setelah pengumuman Fitch.
"Sebaliknya, upaya Fitch ini menyoroti kapasitas luar biasa Arab Saudi untuk secara efektif menghadapi kesulitan, komitmen untuk menjaga stabilitas di pasar minyak global, dan status Kerajaan sebagai sekutu internasional yang penting," katanya.
"Dengan demikian, penurunan peringkat tersebut tampak agak spekulatif tanpa merujuk langsung ke respons yang cepat, tegas dan efektif terhadap peristiwa tersebut," tambah Kementerian Keuangan Arab Saudi.
Serangan pada Sabtu, 14 September lalu menghantam dua fasilitas minyak terbesar negara Arab Saudi, Aramco, Abqaiq dan Khurais, yang memaksa negara itu untuk sementara waktu menutup sekitar 50% dari produksi minyaknya, lebih dari 5% dari pasokan minyak global.
Senin berikutnya, harga minyak patokan internasional, yakni minyak mentah Brent naik 19,5% menjadi US$ 71,95 per barel.
Fitch mengakui bahwa upaya raksasa minyak negara Saudi, Aramco, mampu memulihkan atau mengganti produksinya yang hilang dan ini menunjukkan ketahanan terhadap serangan dan mencerminkan kemampuan untuk menerapkan perbaikan cepat dan menjaga cadangan minyak.
"Meskipun produksi minyak telah pulih sepenuhnya pada akhir September, kami percaya bahwa ada risiko serangan lebih lanjut terhadap Arab Saudi yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi," tambah agensi rating tersebut.
"Kami telah merevisi penilaian kami tentang kerentanan infrastruktur ekonomi Arab Saudi terhadap ancaman militer regional sebagai akibat dari serangan terbaru," tulis Fitch.
Lembaga rating tersebut kemudian menggambarkan kerajaan itu sebagai yang "rentan terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik" karena kebijakan luar negeri AS yang selaras mengenai Iran, dan keterlibatannya dalam Perang Yaman.
"Kami melihat risiko bahwa AS dan Arab Saudi dapat ditarik ke dalam konflik yang lebih dalam dengan Iran, karena Iran atau kelompok yang terkait dengan Iran terus berusaha untuk memecahkan kebuntuan diplomatik atas keamanan regional dan masalah nuklir," kata pernyataan itu.
Defisit fiskal?
Fitch juga mengaitkan keputusan penurunan peringkat Saudi ini dengan "defisit fiskal berkelanjutan" Arab Saudi (ketika pengeluaran pemerintah melebihi pendapatannya). Fitch memperkirakan adanya defisit fiskal sebesar 6,7% dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini dibandingkan dengan 5,9% pada 2018.
Defisit berasal dari peningkatan pengeluaran negara, harga minyak rata-rata yang lebih rendah dan produksi minyak yang lebih rendah.
Melemahnya harga minyak sejalan dengan perkiraan harga minyak mentah agensi tersebut sebesar US$ 62,50 per barel untuk tahun 2020, dan US$ 60 per barel pada 2021. Kondisi ini akan menciptakan tantangan untuk konsolidasi fiskal dan tujuan pemerintah menyeimbangkan anggaran pada tahun 2023.
Pertumbuhan ekonomi yang suram dan prospek permintaan minyak karena kekhawatiran atas perang dagang AS-China telah membuat batas atas harga minyak, yang sejauh ini belum mempertahankan kenaikan signifikan, meskipun terjadi serangan teror terhadap fasilitas energi.
"Respons kenaikan harga minyak terhadap ketegangan geopolitik dapat membantu mengimbangi dampak fiskal dari gangguan terhadap produksi atau kegiatan ekonomi," kata Fitch. "Namun, serangan terbaru tampaknya telah meninggalkan sedikit dampak pada harga minyak."
Terkait dengan penilaian kebijakan fiskal ini, Kementerian Keuangan Saudi menjawab, "saat ini defisit anggaran masih dalam batas yang kami tetapkan untuk Anggaran 2019. Sementara kami berkomitmen untuk memfokuskan peningkatan investasi di bidang-bidang utama, kami juga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengeluaran kami," tulis Saudi.
"Kami percaya agensi akan berusaha untuk merevisi keputusan mereka," tegas pemerintah Saudi.
Charles Robertson, Kepala Ekonom global di Renaissance Capital, mengatakan kepada CNBC Internasional, "penurunan peringkat Fitch adalah kejutan, tetapi mengingat skala penurunan harga minyak, ancaman yang lebih tinggi terhadap produksi, dan skeptis bahwa Aramco akan memenuhi janjinya untuk memiliki produksi penuh pada November, penurunan peringkat tersebut bisa dimengerti," katanya.
Emas dan minyak, komoditas di tengah perang dagang
[Gambas:Video CNBC]
(tas)
Let's block ads! (Why?)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2mwi8aa
via
IFTTT